JAKARTA (FN) - Pengamat Center for Strategic on Islamic and International Studies (CSIIS) mendesak Direksi Pertamina mengundurkan diri, terkait kelalaian pada peristiwa kebakaran depo Pertamina Plumpang, Jumat (3/03/2023) malam.
Peristiwa yang menewaskan 19 orang dan puluhan lagi menderita luka-luka itu, jangan hanya dijadikan bahan untuk perbaikan ke depan, karena sudah kejadian yang berulang.
Kinerja Direksi Pertamina, sudah harusnya mendapatkan evaluasi menyeluruh dan harus ada perubahan yang mendasar pada bagan manajemen.
"Saya minta untuk direksi untuk berbesar hati mundur, sebagai tanggung jawab moril terhadap seluruh korban. 19 nyawa itu bukan hal yang bisa dikesampingkan, itu sudah tragedi," ujar Direktur Eksekutif CSIIS Sholeh Basyari kepada RuPol, Senin (6/03/2023).
Menurut data yang didapat CSIIS, rentang tiga tahun terakhir sudah terjadi 3 kali peristiwa kebakaran besar pada depo Pertamina.
Hal ini harus menjadi catatan, mengingat Pertamina adalah perusahaan mega asset dan padat teknologi, dimana keselamatan kerja harus menjadi yang terpenting.
"Bagaimanapun saat ini 'safety work' menjadi perhatian utama dan menjadi syarat sebuah perusahaan disebut multinasional. Pertamina sudah gagal memenuhi syarat itu, jelas target yang diberikan Presiden Jokowi gagal total," lanjut Sholeh.
Tidak hanya soal kebakaran, Pertamina di bawah kepemimpinan Direktur Utama Nicke Widyawati juga tersangkut beberapa masalah lain.
Yang paling nyata, Pertamina selalu mengalami kerugian sejak beberapa tahun terakhir.
"Kerugian Pertamina capai 190 Triliun zaman Nicke. Belum lagi isu-isu soal hubungan internal yang tidak kondusif, rawan nepotisme dan kinerja yang buruk. Semua itu sudah cukup untuk melakukan evaluasi dan perubahan ekstrem," papar Aktivis Nahdltul Ulama (NU) itu.
Selain kinerja yang sudah sangat mengkuatirkan, CSIIS juga menyoroti soal panjangnya durasi kepemimpinan Nicke Widyawati di pucuk pimpinan perusahaan plat merah paling kaya tersebut.
"Erick Thohir harus berani mereformasi Pertamina, jangan sampai buruknya kerja Pertamina membebani bagusnya kinerja BUMN yang lain. Kita tahu selama Erick di BUMN sudah ada peningkatan keuntungan, tapi Pertamina masih menjadi beban," imbuhnya. (Red)