Dr.Sos. Rudi Salam Sinaga, S.Sos,.M.Si
Pengurus Parsadaan Pomparan Toga Sinaga dohot Boru (PPTSB) Sumut 1
Pengurus Parsadaan Pomparan Raja Lontung (PPRL) Sumut
Pengurus Ikatan Alumni Universitas Diponegoro
Dewan Pakar Pemuda Pancasila Sumut
Dosen Pascasarjana Universitas Medan Area
Zaman Post Truth
Merujuk buku karya Ralph Keyes (2004) berjudul Post-Truth Era: Dishonesty and Deception in Contemporary Life menjelaskan konsep post truth sebagai suatu keadaan yang di dalamnya mendominasi perilaku untuk merusak nilai-nilai kebenaran. Kebohongan akan sulit untuk di katakan, kejujuran tidak memiliki ukuran (validitas, verifikasi) sehingga nilai kebenaran menjadi kabur atau menghilang. Menurut Ralph Keyes (2004) ini berkaitan dengan norma-norma positif yang semakin terkikis.
Zaman Post Truth atau lebih populer dengan Zaman pasca-kebenaran yang diartikan ringkas zaman yang mengandalkan kebohongan untuk mendapat kebenaran. Cara kerja kebohongan menjadi kebenaran bergerak melalui berbagai tindakan seperti mendominasi opini, memanipulasi data, mengaktifkan tindakan seragam yang negatif kepada pengikut dan menguasai informasi untuk kalangan terbatas. Kemapanan pengaruh dan lingkaran (circle) pengikut menjadi inti kekuatan dalam mencapai tujuan untuk membingkai kebohongan menjadi kebenaran.
Letak kemapanan dalam menjalankan peran menjadi kata kunci penting dari para aktor-aktor di era post truth. Semakin halus cara kerja kebohongan menyamar menjadi kebenaran maka semakin mudah untuk dipercaya khalayak luas. Jarang sekali bentuk kekerasan sebagai alternatif utama untuk memulai dan mengakhiri tindakan.
Verifikasi dan validitas kebenaran tidak dikehendaki di Zaman post truth. Kepentingan ambisi dan emosi menjadi basis dasar untuk mengaktifkan sesuatu yang di anggap tidak benar menjadi benar. Semua ini terjadi dapat dikarenakan tujuan mengamankan posisi dan untuk meraih posisi dengan menghalalkan semua cara. Penampilan, modifikasi karakter sebagai pelengkap untuk meyakinkan lingkungan.
Individu yang memiliki nalar verifikasi terhadap kebenaran suatu informasi tidak akan masuk pada circle lingkungan yang cenderung merekayasa realitas, mengaburkan nilai kebenaran dan berperilaku playing victim. Agar individu yang memiliki nalar dapat ditarik ke dalam circle post truth maka tindakan intimidasi halus digerakkan melalui tindakan seragam dari para pengikut post truth.
Hubungan Pemimpin dan Pengikut di Zaman Post Truth
Dalam studi organisasi tema kepemimpinan menjadi salah satu perhatian utama. Setiap organisasi mengharuskan adanya kepemimpinan yang bertindak membawa organisasi ke arah tujuan yang semestinya. Selain anggaran serta sarana dan prasarana, studi organisasi turut mengelaborasi peran anggota organisasi yang dikenal sebagai pengikut. Pengikut dalam suatu organisasi memiliki peran yang tidak boleh diabaikan. Sistem organisasi bergerak dengan daya tenaga serta keterampilan yang dimiliki pengikut. Secara sederhana kepemimpinan berperan untuk mengarahkan dan pengikut berperan menjalankan arahan dengan perbuatan.
Kehadiran sosok pemimpin dan pengikut organisasi ditetapkan melalui mekanisme internal yang tersedia di dalam organisasi. Umumnya mekanisme yang tersedia di atur secara tertulis dan mengandung substansi nilai-nilai yang di cita-citakan. Kepemimpinan Amerika Serikat dengan predikat negara maju dan sistem organisasi negara yang mapan tidak luput mendapat koreksi dari warga sipil. Newton (2012) mengulas pada konteks Amerika Serikat, kepemimpinan perlu mencermati persepsi warga sipil (pengikut) terhadap kesediaan pengikut untuk dapat maklum atau tidak terhadap kesalahan pemimpin. Keberadaan pemimpin menurut pandangan Hart dan Uhr (2008) untuk menghidupkan dan membentuk organisasi mencapai tujuannya. Terdapat “kehidupan” dengan suasana nyaman menjadi fokus utama bagi Hart dan Uhr (2008). Proposisi terhadap potongan kedua pandangan ini ialah untuk mencapai masa depan organisasi yang di cita-citakan, sukses tidaknya terletak pada hubungan yang saling mengisi antara pemimpin dan pengikut. Hubungan diantara keduanya disesuaikan dengan karakteristik peradaban yang membentuk style interaksi positif yang universal. Argumen proposisi ini senada dengan potongan pandangan Chia-Lin Ho (2012) dalam disertasinya bahwa kepemimpinan efektif dapat terwujud dengan mengakomodasi sikap eksplisit dan implisit (keinginan) dari pengikut terhadap impian mereka (pengikut) terhadap sosok pemimpin.
Penutup
Fokus perhatian studi organisasi mengelaborasi hubungan antara pemimpin dan pengikut serta juga ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. Perkembangan peradaban yang kuat pada berbagai aspek bidang kehidupan sudah semestinya di respon dengan menggali kekuatan kolektif yang tersedia. Perilaku yang tergambar pada era post truth dapat di tangkal melalui style interaksi yang saling berkolaborasi untuk mencapai kesejahteraan organisasi dan kesejahteraan individu-individu. Kepentingan pribadi, kepentingan kelompok dan kepentingan organisasi harus secara jernih dapat dibedakan. Kata kunci penting untuk dapat menangkal karakteristik post truth ialah mempertahankan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kebenaran (verifikasi, validasi, triangulasi). Sederhananya eksistensi post truth akan melahirkan hegemoni ahli-ahli hoax, fitnah dan adu domba. Hegemoni profesionalisme sangat penting menjadi acuan untuk mendapatkan feed back dalam hubungan interaksi pemimpin dan pengikut mencapai masa depan organisasi gemilang.